Friday, November 14, 2014

Ini Aku.... Part 2

Saat aku pulang, Alison sudah dirumah, menonton televisi sambil meminum segelas limun, ia tampak santai saja, padahal suara ambulance tidak terdengar begitu jauh dari sini. Jika seharusnya anak-anak seumurannya tampak panik, namun ia cuek saja, dengan santainya menonton Breaking Bad di TV.
Dia menengok kearahku dan menatapku heran "Kakak kenapa?"
"Toby...." Kataku pelan.
"Ada apa dengan Toby? Apakah kalian putus?. Tanyanya penasaran.
Aku menggeleng kepalaku pelan. "Tidak, sesuatu yang buruk terjadi padanya."
Dia mengerinyitkan keningnya. "Kapan itu terjadi?"
giliran aku yang mengerinyitkan keningku. "Apa kau tidak dengar suara ambulance dari sini?"
"Tidak, kalau maksudmu suara yang dari tadi mengganguku ini adalah suara ambulance maka aku tidak tahu, aku kira suara sebuah bianglala di karnaval karena bunyinya sama." Ia jawab dengan polosnya.
Aku menatapnya heran, anak ini jelas-jelas mulai aneh, namun aku memutuskan untuk pergi tidur saja dan meninggalkannya sendirian di ruang TV.

Sudah 3 Minggu Toby berada di rumah sakit, tapi ia tak kunjung sadar, aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi. Aku melihat sedikit dari luka yang dialami Toby dan aku langsung menangis ketika melihatnya. Kakinya yang terjahit jadi satu benar-benar seprti sambungan kain,aku bahkan tidak dapat menjelaskan apa yang terjadi, seakan-akan ada seseorang yang punya dendam dengan Toby. Aku tidak mengerti lagi, setelah kejadian Toby, Alison makin dekat padaku, ia seakan-akan meminta perhatian lebih dariku dan kadang, ia ikut denganku ke rumah sakit untuk menjenguk Toby. Namun kali ini aku benar-benar melihat sesuatu yang aneh pada Alison, bekas jahitan di ujung kanan atas mulutnya berganti posisi menjadi disebelah kiri. Aku tertegun melihatnya, namun aku memiliki firasat bahwa Alison mengetahui bahwa aku melihatnya. Ia menatap tajam kearahku, awalnya tatapan itu harmless, namun akhirnya dia bertanya kepadaku saat kita sedang menonton TV di ruang keluarga.
"Kak?"
"Iya?"
"Siapa sahabat terdekatmu sekarang?" Alison bertanya dengan polos.
Aku tertegun, terakhir kali aku memberitahu dia siapa orang yang aku sayang, ia berakhir seperti Toby. Aku sebenarnya tidak mau menuduh adikku, tapi apa boleh buat, aku harus mengetesnya dulu. "Aku rasa kamu, Alison." Jawabku sambil tersenyum.
Ia tersenyum balik kearahku. "Benarkah?"
Aku mengangguk. Ia kemudian menaruh kepalanya di bahuku dan kami terus menonton TV.

Malam harinya, aku terbangun karena suara orang terseret-seret yang datang dari luar, akupun membuka pintuku sedikit dan mengintip ke lorong, rupanya ada bayangan orang bergerak-gerak di kamar Alison. Pertamanya aku mengira itu bayangan dia, namun ternyata saat aku perhatikan baik-baik, itu adalah bayangan 2 orang. Aku berjalan mendekat ke arah pintunya dan kemudian menguping apa yang terjadi di balik pintu itu.
Awalnya tidak terdengar apa-apa, namun suara selanjutnya sangat mengejutkanku. "Jangan..Please, jangan...." Suara adikku merintih.
Aku membelalakkan mataku. Ia dalam bahaya!! Aku kemudian mengambil stik hockey ku dan menggedor-gedorkan pintunya sambil berteriak.
"Alison! Alison! Buka pintunya!" Aku berteriak.
Suara didalam tampak hening sejenak sebelum akhirnya, Alison berteriak. "Spencer!! Tolong aku!!"
"Alison!" Aku berteriak sambil terus berusaha mendobrak ppintunya yang terkunci.
Kedua orang tuaku datang ke atas dan menanyakan apa yang terjadi, akupun menjelaskan dengan detil apa yang terjadi sebelum kami mendengar teriakan Alison. Ayahku dengan panik, mengeluarkan kunci cadangan dan mencoba membuka pintu Alison.
Pintu itu terbuka dan kami kemudian masuk kedalam...... Namun........Alison sudah menghilang...

TBC


















0 comments:

Post a Comment

Pointer